Senin, 09 Februari 2009

Cara Berhenti Merokok

Bagaimanakah cara berhenti merokok???

Apabila salah satu keluarga anda ada yang ingin berhenti merokok, sebaiknya lakukan hal-hal berikut ini :

  1. bersihkan rumah dari atribut-atribut rokok seperti bungkus rokok, asbak, korek api. bau rokok dapat merangsang keinginan untuk kembali merokok. Ajaklah teman-teman sesama perokok untuk membantu dan tidak merokok di depannya.

  2. Bersabarlah khususnya dalam 1-2 minggu pertama. Kemungkinan bisa timbul perselisihan dengan anggota keluarga yang sedang berusaha berhenti merokok.

  3. Berikan banyak pujian dan penghargaan pada anggota keluarga yang sedang berusaha berhenti merokok. Misal memberi ucapan selamat dan kekaguman atas perjuangannya melawan efek candu nikotin.

  4. Biarkan mereka mencurahkan isi hati dan perasaannya pada anda. Berhenti merokok sama dengan kehilangan sahabat setia, anda harus berupaya menghentikannya.

  5. Ajaklah melakukan kesibukan, jalan-jalan atau aktivitas fisik pada waktu-waktu dimana biasanya dia merokok. Tujuannya agar mengurangi ketagihan.

Silahkan mencoba, semua kembali kepada anda.

Polusi Udara Menurunkan Hasil Panen

Dengan menurunkan polusi udara, hasil panen dapat diringkatkan. Demikian hasil penelitian yang digelar University of California, Berkeley, seperti dirilis media (04/12/06). Hasil lengkap penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Hasil panen padi di India sempat meningkat secara dramatis pada masa Revolusi Hijau, 1960-1970an. India pun menjadi salah satu negara yang berhasil mencapai swasembada pangan pada masa itu. Namun, sejak pertengahan tahun 1980, hasil panen mulai menurun. Jumlah penduduk India yang kian bertambah sementara kondisi ekonomi negara yang tidak mengalami peningkatan membawa pada kekhawatiran akan terjadinya rawan pangan di masa depan.

Selama ini telah muncul beberapa penjelasan terhadap penyebab menurunnya hasil panen di India. Namun, belum ada yang mengaitkan penurunan tersebut dengan perubahan iklim, misalnya karena awan polusi atmospheric brown clouds (ABCs) –yang mengandung aerosol dan gas karbon dioksida penyebab efek rumah kaca— yang terkait dengan pemanasan global.

Penelitian dilakukan Maximillian Auffhammer, dari UC Berkeley's College of Natural Resources, dan V. “Ram” Ramanathan dan Jeffrey Vincent, peneliti dari UC San Diego. Mereka melakukan analisis historis terhadap panen padi di India. Mereka juga memerikasa efek kombinasi akibat ABCs dan peningkatan gas karbon dioksida.

Hasilnya, para peneliti menemukan adanya efek kombinasi negatif yang dampaknya semakin besar setelah pertengahan tahun 1980. Jika dampak negatif tersebut tidak pernah terjadi, para ilmuwan ini memperkirakan bahwa hasil panen sesungguhnya bisa 20-25 persen lebih tinggi dari kondisi yang ada pada tahun 1990-an.

Sebelumnya, tim peneliti internasional yang dipimpin Ramanathan menemukan bukti bahwa ABCs atau awan polusi telah membuat iklim India menjadi lebih kering dan lebih dingin. Oleh karena itu, pengurangan kedua jenis polutan, aerosol dan gas rumah kaca, akan menguntungkan petani. Pengurangan aerosol akan merangsang terjadinya hujan, sedangkan pengurangan gas rumah kaca dapat menurunkan temperatur udara yang tinggi pada malam hari yang berefek negatif pada pertumbuhan padi.

“Gas rumah kaca dan aerosol yang terdapat dalam dalam awan polusi dikenal sebagai faktor yang saling berlomba menyebabkan pemanasan global,” ujar Ramanthan. “Penemuan penting dalam studi interdisipliner ini adalah bahwa efek yang terjadi pada produksi padi bersifat aditif, suatu penemuan yang selain mengejutkan juga tidak menyenangkan.”

Peter Timmer, staf senior di Center for Global Development, sebuah lembaga non profit di Washington, Amerika Serikat, menambahkan, “Studi ini menghubungkan antara metode mutakhir dalam pertanian di India dan kaitannya dengan iklim dan polusi.” Penemuan ini secara signifikan menunjukkan bahwa awan polusi telah merugikan India jutaan ton produksi makanan.

Hasil penelitian ini makin memberikan dorongan untuk pelaksanaan program pengendalian polusi udara di Asia. “Pengendalian polusi udara di India lebih karena alasan kesehatan pemukiman daerah perkotaan,” ujar Vincent, ekonom yang juga Direktur Penelitian Lingkungan di UC Institute on Global Conflict and Cooperation (IGCC). “Studi yang kami lakukan ini memberikan motivasi tambahan terkait penanganan kesehatan ekonomi deerah miskin di pedesaan.”

Aufhammer, Asisten Profesor Pertanian dan Sumberdaya Ekonomi, Universitas California Berkeley, menambahkan, “Meski studi ini terfokus pada kondisi di India, ABCs juga terdapat di negara-negara produsen beras di seluruh Asia, banyak diantaranya telah mengalami penurunan hasil panen.” Adanya penemuan bahwa polusi udara berpengaruh pada hasil pertanian penting sebagai pertimbangan dalam upaya memastikan ketahanan pangan.


Polusi Memicu Perilaku Aneh pada Binatang

Ikan hiperaktif, katak-katak tolol, tikus yang tak kenal takut, dan camar yang tiba-tiba jatuh saat terbang, terdengar seperti
hewan-hewan sirkus yang aneh. Namun ini bukan pertunjukan. Banyak hewan di dunia memiliki perilaku ganjil akibat
polusi lingkungan.

Bahan-bahan kimia yang menjadi biang keladi keanehan ini dikenal sebagai disruptor (pengganggu) endokrin. Disruptor
ini bervariasi mulai dari logam-logam berat seperti timbal hingga polychlorinated biphenyls (PCB) dan zat-zat aditif seperti
bisphenol A.

Selama beberapa dekade, ahli-ahli biologi sebenarnya telah mengetahui bahwa bahan-bahan kimia ini bisa
mempengaruhi perilaku hewan. Dan akhir-akhir ini semakin jelas bahwa polusi bisa menyebabkan efek pembelokan
gender dengan mempengaruhi fisik hewan, terutama organ seksual mereka.

Namun kini dua penelitian telah menemukan bahwa bahan-bahan kimia beracun ternyata memiliki efek yang lebih besar
terhadap perilaku hewan dibanding perkiraan semula. Konsentrasi rendah bahan-bahan polutan itu mengubah perilaku
sosial dan perilaku kawin beberapa spesies. Hal ini berpotensi menimbulkan ancaman lebih besar terhadap
kelangsungan jenis itu dibanding, misalnya, menurunnya jumlah sperma akibat konsentrasi bahan kimia tinggi.

Perilaku ganjil

Ada dua tim riset yang secara independen mengumpulkan bukti-bukti mengenai efek polutan terhadap bangau dan camar,
siput, burung puyuh, tikus dan monyet, ikan-ikan, elang, serta kodok. Perilaku yang diamati antara lain perilaku kawin dan
membesarkan anak, membuat sarang, belajar, menghindari pemangsa, mencari makan, dan lainnya.

Dalam satu penelitian, dimana burung-burung jalak jantan terpengaruh insektisida, terlihat adanya penurunan
kemampuan berkicau, terbang dan mencari makan hingga 50 persen. Sedangkan sejenis salamander yang terkena
pestisida endosulfan berkadar rendah menjadi sulit membaui pheromon yang dikeluarkan pasangannya, sehingga tidak
terjadi perkawinan.

Ditemukan juga bahwa burung-burung camar jantan yang menetas dari telur tercemar DDT mengalami perilaku aneh
dimana mereka berusaha mengawini sesama pejantan. Sedangkan timbal akan mempengaruhi keseimbangan terbang
camar-camar itu, sementara atrazine membuat ikan koki menjadi hiperaktif dan TCDD menjadikan monyet-monyet makin
kasar dalam bermain.

Walau sudah banyak bukti diperoleh, namun efek ini ternyata tidak begitu diperhatikan oleh para toksikolog yang pakar di
bidang racun, kata Ethan Clotfelter dari Amherst College di Massachusetts, pimpinan salah satu tim, seperti ditulis dalam
journal Animal Behaviour, Agustus 2004.

Bukan hanya gagal mengetahui besarnya masalah yang disebabkan disruptor endokrin, para toksikolog mungkin juga
lupa bahwa perubahan perilaku hewan bisa menjadi pertanda betapa bebrapa bahan kimia sebenarnya berbahaya. "Kita
bisa saja melihat perubahan perilaku dan menganggapnya biasa saja, lalu tiba-tiba kita sadar populasi jenis ini telah
terancam karenanya," kata Clotfelter.

Dosis yang merusak

Hal serupa diungkapkan Dustin Penn dan Sarah Zala dari Institut Konrad Lorenz bagian Comparative Ethology di Akademi
Ilmu Pengetahuan Austria di Vienna. Mereka mempublikasikan penelitian kedua mengenai efek disruptor endokrin di
journal yang sama. "Hal yang patut disadari adalah bahwa masalah ini telah meluas," kata Penn.

Kedua kelompok peneliti menghimbau agar para ahli biologi sadar disruptor endokrin merupakan sumber perilaku aneh
pada binatang. Disebutkan pula bahwa konsentrasi polutan yang berbeda bisa menimbulkan akibat berlainan.
Tikus jantan yang terekspos pestisida dalam dosis rendah misalnya, akan lebih sering menandai wilayahnya dengan
bau-bauan, namun bila dosis pestisida ditingkatkan, tikus menjadi kehilangan perilaku itu sama sekali.
"Bahan polutan yang dianggap aman ketika diuji coba dalam dosis sedang, bisa jadi memiliki efek merusak justru pada
dosis yang lebih rendah," kata Penn dan Zala dalam tulisannya. "Dan kebanyakan, resiko juga muncul dalam dosis tinggi."

Oleh sebab itu, mereka menyarankan agar efek polutan pada perilaku hewan seharusnya diberi prioritas tinggi. "Telah
makin disadari perilaku hewan adalah indikasi penting untuk menentukan apakah suatu bahan kimia aman, baik dalam
dosis rendah maupun tinggi, suatu hal yang sebelumnya kita abaikan.

Polusi Jadi Penyebab 40% Kematian Manusia di Dunia

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa polusi air, udara, dan tanah, beriring dengan faktor lingkungan lain, menjadi penyebab 40 persen kematian manusia di dunia, kata pakar ekologi dari Universitas Cornell di Amerika Serikat (AS), David Pimentel.

Ia memperkirakan, tiap tahunnya sekitar 62 juta kematian atau 40 persen dari total kematian di umat manusia di dunia disebabkan oleh faktor lingkungan, terutama zat polutan organik dan kimiawi yang terakumulasi dalam udara yang dihirup dan air yang diminum setiap hari.

Dikutip dari laman "LiveScience", Pimentel menjelaskan bahwa meskipun berbagai pihak telah menyadari besarnya dampak polusi terhadap kematian di dunia, tapi tetap saja para peneliti terkejut dengan besarnya "angka sumbangan" polusi itu.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, sekira 1,1 miliar orang penduduk Bumi saat ini kesulitan mendapat akses air bersih. Itu sebabnya 80 persen penyebaran penyakit menular ditularkan lewat air.

"Air adalah perhatian utama, itu tidak bisa ditawar-tawar lagi," kata Pimentel, karena semua orang menggunakan air untuk minum, masak, mencuci, dan mandi.

Air yang terkontaminasi dengan kotoran bisa menjadi media transmisi penyakit saluran pencernaan seperti kolera, gangguan usus (yang bisa bercampur dengan masalah kesehatan lain bisa menimbulkan malnutrisi), dan berbagai penyakit lain yang telah membunuh jutaan orang tiap tahun, terutama anak-anak.

Menurut data penelitian tahun 2004 oleh Pusat Populasi, sekitar 2,2 juta bayi dan anak meninggal tiap tahun akibat diare, sebagian besar diakibatkan kontaminasi air dan makanan.

Masih menurut data itu, air yang terpapar zat polutan di Afrika dan India menyebabkan kematian 1,4 juta orang tiap tahun. Mereka meninggal akibat penyakit-penyakit seperti kolera dan disentri.

"Sanitasi dan kebersihan air, di seluruh dunia, adalah penyebab utama penyebaran penyakit," kata ilmuwan di WHO, Annette Pruss-Ustun.

Kebanyakan masalah air yang terkontaminasi ini dialami oleh negara-negara berkembang, di mana infrastuktur pengolahan sampah dan air masih sangat minim.

PBB menyebutkan, di negara-negara berkembang, sekitar 95 sampah kota yang tidak diolah, dibuang langsung ke danau-danau atau sungai yang mereka gunakan airnya untuk minum dan mandi.

"Di negara-negara berkembang belum ada pasokan air yang mencukupi, proses pengolahan limbah juga masih jarang," kata Pruss-Ustun.

India, misalnya, hanya sedikit saja kota yang punya fasilitas pengolahan air kata Pimentel. "Sulit sekali mendapatkan air bersih," ujarnya menambahkan.

Pencegahan Polusi Sekunder

1) Keadaan sekarang dan masa depan lokasi penimbunan limbah

Umumnya orang tidak menghendaki lokasi penimbunan limbah dibuat dekat dengan tempat tinggal mereka karena hal ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan warga setempat. Dampak negatif demikian disebut "polusi sekunder" mengingat tujuan utama lokasi penimbunan limbah ialah menghindari polusi lingkungan hidup di daerah kota dengan membawa limbah dari daerah kota, dan menampungnya di lokasi penimbunan limbah yang baik.
Meskipun demikian, lokasi penimbunan limbah merupakan fasilitas umum yang sangat diperlukan bagi setiap kota modern di dunia.
Oleh karena itu, setiap kota perlu merencanakan dan merancang lokasi penimbunan limbah dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat .
Guna membuat lokasi penimbunan limbah yang dapat diterima masyarakat setempat, polusi sekunder dan dampak buruk yang ditimbulkannya perlu diperkecil.
Perlu juga untuk dirumuskan rencana pemakaian lokasi paska-penutupan dengan mempertimbangkan pendapat masyarakat setempat.

2) Polusi sekunder yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah

(a) Pencemaran air

Lindi yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, jika tidak diolah akan, mencemarkan sungai, laut dan air tanah.

(b) Pembentukan gas

Gas utama yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah adalah metan, amonium, hidrogen sulfida, dan karbon dioksida.

(c) Bau tak sedap

Ada dua jenis bau tak enak yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah. Pertama adalah bau yang ditimbulkan dari limbahnya sendiri, yang lainnya adalah gas yang ditimbulkan melalui dekomposisi limbah.

(d) Hama dan vektor

Limbah dapur cenderung menjadi sarang lalat, dan menarik tikus dan burung gagak.

(e) Kebisingan dan getaran

Kendaraan angkutan limbah yang masuk dan peralatan penimbunan limbah dapat menjadi sumber kebisingan dan getaran.

(f) Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi secara spontan akibat pembentukan gas metan atau pemakaian bahan kimia. Kebakaran juga dapat disebabkan oleh para pemulung atau orang lain.

3) Pencegahan polusi sekunder dengan menggunakan tanah penutup

Jika kita ingin mencegah polusi sekunder dengan sempurna dengan mendirikan fasilitas pengolahan air limbah, misalnya, sejumlah besar uang dan teknologi tinggi diperlukan.

Penggunaan tanah penutup, meskipun tidak sempurna dalam pencegahan polusi sekunder, dianjurkan karena cara ini ekonomis dan efektif.

Bahan penutup seperti tanah harus digunakan untuk menutup limbah padat dengan cepat setelah diturunkan.
Setelah penurunan limbah terakhir setiap hari, tanah penutup limbah harus dikumpulkan pada lerengan lapisan limbah yang harus diatur setiap hari.

Aplikasi tanah penutup sebagaimana mestinya akan cukup banyak mengurangi polusi sekunder.

4) Efektifitas metode tanah penutup

Penggunaan tanah penutup, akan memberi manfaat dan pengaruh sebagai berikut:

(a) Pencegahan terjadinya penyebaran sampah
(b) Pencegahan terjadinya bau tak sedap
(c) Menyingkirkan hama dan vektor
(d) Pencegahan kebakaran serta penyebarannya
(e) Penyempurnaan lansekap
(f) Pengurangan pembentukan lindi

Sebagaimana disebutkan di atas, aplikasi tanah penutup sangat efektif dalam pencegahan polusi lingkungan hidup.
Bahan tanah penutup tidak perlu yang harus dibeli. Limbah tanah, limbah pembongkaran, atau limbah lama dapat digunakan sebagai tanah penutup.

1) Keadaan sekarang dan masa depan lokasi penimbunan limbah

Umumnya orang tidak menghendaki lokasi penimbunan limbah dibuat dekat dengan tempat tinggal mereka karena hal ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan warga setempat. Dampak negatif demikian disebut "polusi sekunder" mengingat tujuan utama lokasi penimbunan limbah ialah menghindari polusi lingkungan hidup di daerah kota dengan membawa limbah dari daerah kota, dan menampungnya di lokasi penimbunan limbah yang baik.
Meskipun demikian, lokasi penimbunan limbah merupakan fasilitas umum yang sangat diperlukan bagi setiap kota modern di dunia.
Oleh karena itu, setiap kota perlu merencanakan dan merancang lokasi penimbunan limbah dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat .
Guna membuat lokasi penimbunan limbah yang dapat diterima masyarakat setempat, polusi sekunder dan dampak buruk yang ditimbulkannya perlu diperkecil.
Perlu juga untuk dirumuskan rencana pemakaian lokasi paska-penutupan dengan mempertimbangkan pendapat masyarakat setempat.

2) Polusi sekunder yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah

(a) Pencemaran air

Lindi yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, jika tidak diolah akan, mencemarkan sungai, laut dan air tanah.

(b) Pembentukan gas

Gas utama yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah adalah metan, amonium, hidrogen sulfida, dan karbon dioksida.

(c) Bau tak sedap

Ada dua jenis bau tak enak yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah. Pertama adalah bau yang ditimbulkan dari limbahnya sendiri, yang lainnya adalah gas yang ditimbulkan melalui dekomposisi limbah.

(d) Hama dan vektor

Limbah dapur cenderung menjadi sarang lalat, dan menarik tikus dan burung gagak.

(e) Kebisingan dan getaran

Kendaraan angkutan limbah yang masuk dan peralatan penimbunan limbah dapat menjadi sumber kebisingan dan getaran.

(f) Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi secara spontan akibat pembentukan gas metan atau pemakaian bahan kimia. Kebakaran juga dapat disebabkan oleh para pemulung atau orang lain.

3) Pencegahan polusi sekunder dengan menggunakan tanah penutup

Jika kita ingin mencegah polusi sekunder dengan sempurna dengan mendirikan fasilitas pengolahan air limbah, misalnya, sejumlah besar uang dan teknologi tinggi diperlukan.

Penggunaan tanah penutup, meskipun tidak sempurna dalam pencegahan polusi sekunder, dianjurkan karena cara ini ekonomis dan efektif.

Bahan penutup seperti tanah harus digunakan untuk menutup limbah padat dengan cepat setelah diturunkan.
Setelah penurunan limbah terakhir setiap hari, tanah penutup limbah harus dikumpulkan pada lerengan lapisan limbah yang harus diatur setiap hari.

Aplikasi tanah penutup sebagaimana mestinya akan cukup banyak mengurangi polusi sekunder.

4) Efektifitas metode tanah penutup

Penggunaan tanah penutup, akan memberi manfaat dan pengaruh sebagai berikut:

(a) Pencegahan terjadinya penyebaran sampah
(b) Pencegahan terjadinya bau tak sedap
(c) Menyingkirkan hama dan vektor
(d) Pencegahan kebakaran serta penyebarannya
(e) Penyempurnaan lansekap
(f) Pengurangan pembentukan lindi

Sebagaimana disebutkan di atas, aplikasi tanah penutup sangat efektif dalam pencegahan polusi lingkungan hidup.
Bahan tanah penutup tidak perlu yang harus dibeli. Limbah tanah, limbah pembongkaran, atau limbah lama dapat digunakan sebagai tanah penutup.

Kamis, 05 Februari 2009

Lingkungan Sehat untuk Sehat

Diare, Polio, DBD, alergi, gangguan pernafasan hingga Flu Burung adalah jenis penyakit yang penyebarannya sebagian besar dipengaruhi faktor lingkungan. Membenahi lingkungan agar tetap mendukung usaha seseorang tetap sehat adalah suatu keharusan tetapi bukan semata-mata tanggungjawab Departemen Kesehatan, melainkan tanggungjawab pemerintah daerah dan setiap individu dalam masyarakat. Untuk mengajak berbagai pihak membangun berwawasan lingkungan, Depkes menyelenggarakan Pertemuan Teknis Program Lingkungan Sehat dan Evaluasi Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat tahun 2007 di Makassar, tanggal 12-14 Juni 2007.Gubernur Sulawesi Selatan sendiri berkenan membuka pertemuan. Turut memberi sambutan pembukaan, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan, dr. I Nyoman Kandun, MPH, dan Direktur Jenderal Bina Bangda Departemen Dalam Negeri. Para peserta pertemuan adalah wakil dari Bappenas, walikota/bupati/anggota Bappeda, wakil perguruan tinggi, serta berbagai unit atau pejabat yang terkait langsung dengan upaya kesehatan lingkungan di lingkup Depkes.
Meleburnya berbagai sektor dalam pertemuan ini bukan tanpa alasan. Tidak mungkin pembangunan kesehatan berjalan sinergis tanpa program yang selaras antar sektor, juga pada setiap tingkatan. Di masa otonomi daerah, mengupayakan lingkungan sehat di suatu wilayah, tentu tidak bisa bergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah sendirilah yang lebih tepat menentukan programnya karena pemerintah daerahlah yang lebih memahami kekurangan dan kelebihan wilayahnya dan warganya.

Dirjen P2PL juga menyatakan bahwa kemajuan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat dilihat dari perbaikan angka-angka indikator. Angka Kematian Bayi misalnya, menurun dari 46 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1997 menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2003. Angka Kematian Ibu menurun dari 334 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 1997 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2003. Namun, perkembangan pola penyakit menular maupun tidak menular telah mengindikasikan transisi. Penyakit baru muncul akibat mutasi biologis virus maupun bakteri di lingkungan yang tidak sehat bagi manusia. Perubahan lingkungan juga menyebabkan re-emerging diseases atau penyakit lama yang muncul kembali dan mengganas. Penyakit yang diderita masyarakat tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi kesehatan lingkungan, perilaku yang tidak kondusif, pencemaran lingkungan, serta faktor penentu lainnya.

Diingatkan pula oleh Dirjen P2PL bahwa segala hal yang bersangkutan dengan kesehatan seperti program penyediaan air bersih dan sanitasi, pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah sangat ditentukan oleh keterlibatan semua pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, LSM, serta masyarakat. Pertemuan semacam inilah yang dapat menjadi wadah untuk memikirkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan, serta upaya intervensi baik dari sisi legal dan teknis, maupun dari usaha peningkatan kesadaran masyarakat.

Pertemuan kali ini bukan hanya menjadi ajang berbagi ilmu satu arah, di dalam ruangan. Peserta pertemuan dapat langsung mendapatkan contoh kota sehat. Kali ini, walikota Bontang mendapat kehormatan berbagi pengalaman tentang bagaimana menyehatkan lingkungan di kota Bontang lewat mewujudkan lingkungan sehat Kota Bontang yang Sehat, Cerdas, Lestari, dan Bebas Kemiskinan.

Mereka yang berpartisipasi dalam acara ini juga diajak panitia untuk turun ke lapangan, melihat sendiri apa yang dimaksud dengan lingkungan sehat atau tidak sehat, guna melahirkan ide tentang apa yang harus dilakukan atau perlu berhenti dilakukan demi menjaga lingkungan agar mendukung upaya kesehatan individu. Selain berkunjung ke rumah walikota Makassar, peserta pertemuan dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk mengunjungi wilayah kelurahan sehat, sekolah sehat, Benteng Rotterdam, dan Somba Opu. Setiap kelompok melaporkan hasil kunjungan untuk berdiskusi dengan kelompok lain tentang hal yang memang patut ditiru, harus dilakukan, serta hal yang masih harus diperbaiki.

Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan

Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir setiap sudut kota. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.

Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.

Peremajaan Kota

Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.

Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru.

Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.

Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.

Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin

Paling sedikit saya menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.

Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.

Sementara itu aktivitas hijau di kampung Toplang, Jakarta Barat diprakarsai oleh dua orang pemuda kampung tersebut yang juga adalah aktivis Urban Poor Consortium dan mengetahui bisnis pendaurulangan sampah. Kedua orang ini mampu meyakinkan rekan-rekan di kampungnya untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah. Seperti yang terjadi di Penjaringan, masyarakat kampung Toplang mendukung penuh dan antusias terhadap bisnis pendaurulangan sampah ini. Malahan mereka optimis bahwa kegiatan mereka juga dapat mendaurulang sampah dari luar kampung mereka dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat kampung Toplang.

Kedua aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri di Penjaringan, Jakarta Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat vital dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, pemberdayaan masyarakat miskin tidak akan terjadi dan kemiskinan tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.

Penutup

Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.

Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran.

 

dream's come true © 2008. Template Design By: SkinCorner