Meleburnya berbagai sektor dalam pertemuan ini bukan tanpa alasan. Tidak mungkin pembangunan kesehatan berjalan sinergis tanpa program yang selaras antar sektor, juga pada setiap tingkatan. Di masa otonomi daerah, mengupayakan lingkungan sehat di suatu wilayah, tentu tidak bisa bergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah sendirilah yang lebih tepat menentukan programnya karena pemerintah daerahlah yang lebih memahami kekurangan dan kelebihan wilayahnya dan warganya.
Dirjen P2PL juga menyatakan bahwa kemajuan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat dilihat dari perbaikan angka-angka indikator. Angka Kematian Bayi misalnya, menurun dari 46 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1997 menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2003. Angka Kematian Ibu menurun dari 334 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 1997 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2003. Namun, perkembangan pola penyakit menular maupun tidak menular telah mengindikasikan transisi. Penyakit baru muncul akibat mutasi biologis virus maupun bakteri di lingkungan yang tidak sehat bagi manusia. Perubahan lingkungan juga menyebabkan re-emerging diseases atau penyakit lama yang muncul kembali dan mengganas. Penyakit yang diderita masyarakat tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi kesehatan lingkungan, perilaku yang tidak kondusif, pencemaran lingkungan, serta faktor penentu lainnya.
Diingatkan pula oleh Dirjen P2PL bahwa segala hal yang bersangkutan dengan kesehatan seperti program penyediaan air bersih dan sanitasi, pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah sangat ditentukan oleh keterlibatan semua pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, LSM, serta masyarakat. Pertemuan semacam inilah yang dapat menjadi wadah untuk memikirkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan, serta upaya intervensi baik dari sisi legal dan teknis, maupun dari usaha peningkatan kesadaran masyarakat.
Pertemuan kali ini bukan hanya menjadi ajang berbagi ilmu satu arah, di dalam ruangan. Peserta pertemuan dapat langsung mendapatkan contoh kota sehat. Kali ini, walikota Bontang mendapat kehormatan berbagi pengalaman tentang bagaimana menyehatkan lingkungan di kota Bontang lewat mewujudkan lingkungan sehat Kota Bontang yang Sehat, Cerdas, Lestari, dan Bebas Kemiskinan.
Mereka yang berpartisipasi dalam acara ini juga diajak panitia untuk turun ke lapangan, melihat sendiri apa yang dimaksud dengan lingkungan sehat atau tidak sehat, guna melahirkan ide tentang apa yang harus dilakukan atau perlu berhenti dilakukan demi menjaga lingkungan agar mendukung upaya kesehatan individu. Selain berkunjung ke rumah walikota Makassar, peserta pertemuan dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk mengunjungi wilayah kelurahan sehat, sekolah sehat, Benteng Rotterdam, dan Somba Opu. Setiap kelompok melaporkan hasil kunjungan untuk berdiskusi dengan kelompok lain tentang hal yang memang patut ditiru, harus dilakukan, serta hal yang masih harus diperbaiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar